• Imagen 1 Resensi Negeri 5 Menara
    Tidaklah sulit mengenali sebuah novel berkualitas. Sebuah logo pada sampul depan bertuliskan BEST SELLER dan berbagai opini positif dari para tokoh terkenal

Saat Kita Menua Bersama



Suatu kali kamu pernah bertanya  seberapa lama aku akan bertahan mencintaimu? Aku tidak tahu sampai kapan aku bisa bertahan. Tetapi jika kita diberi kesempatan untuk menua bersama, aku akan tetap di sini, menemanimu setiap kali. Setiap hari. Meski dengan keriput di hampir seluruh kulitmu dan gigi yang tak lagi bersisa. Dengan rambutku yang mulai memutih dan aku menuntunmu atau kamu yang menuntunku karena salah satu dari kita tak mampu lagi sempurna melangkahkan kaki. Kita akan tetap berbahagia karena bisa meluangkan waktu seharian menikmati masa tua. Kita bisa mengisinya dengan ngobrol berdua,  nonton tv, atau sekadar duduk-duduk sambil minum kopi atau teh.

Terus Memperjuangkan

Aku bisa saja terus mengucapkan selamat pagi kepadamu setiap hari sampai kamu bosan. Tetapi terus kulakukan hingga kemudian kamu terbiasa dan mulai menerimanya.


Aku bisa saja terus meneleponmu setiap ada kesempatan meskipun kamu enggan untuk mengangkatnya. Tetapi pada suatu ketika kamu bersedia bicara seadanya dan menjawab setiap pertanyaanku dari seberang telepon. Tidak apa jika kamu tidak balik bertanya. Bersedia menjawab pertanyaan-pertanyaanku saja itu sudah cukup.

Aku bisa saja terus mengirimimu pesan BBM yang berisi kata-kata romantis hanya agar kamu tersipu ketika membacanya. Tidak kamu balas pun tak apa-apa. Asalkan kamu sempat membacanya untuk kemudian entah sampai kapan akan tiba waktunya, kamu  dengan senang hati membalasnya.

Aku tentu saja bisa terus berusaha menemanimu kapan saja, meskipun kamu terlihat tidak terlalu menyukainya. Sampai kemudian entah di momen yg ke berapa, kamu mulai merasa lebih baik menerima kehadiranku.

Aku... tentu saja bisa dengan setia terus memupuk perasaan cinta kepadamu, meski aku tidak pernah tahu apakah kamu akan menjadi sinar mentari yang mampu menghangatkan setiap jengkal perasaanku agar tak pernah layu.

Aku bisa saja terus memperjuangkanmu sampai tidak ada lagi kata menyerah yang bisa kuucapkan..

Kesalahan Pertama dan Terbesar

Kita begitu piawai membicarakan masa depan seolah-olah kita benar-benar mengetahuinya. Tentang seperti apa konsep rumah tangga yang akan kita bangun, tentang berapa jumlah anak kita nanti, tentang bagaimana caranya mendaur ulang bahagia yang kita ciptakan setiap hari, juga tentang seperti apa rupa kita ketika tua. Kita membicarakannya dengan begitu antusias. Tertawa setiap kali pembicaraan kita sampai pada imajinasi tentang gigimu yang hanya tersisa dua, atau membayangkan rambutku yang mulai memutih dan hanya tersisa beberapa helai saja. Kita benar-bebar gila saat mengkhayal tentang masa depan. Kita gila karena kita sedang jatuh cinta. Kita begitu detail membicarakan masa depan sampai-sampai kita lupa satu hal, bagaimana jika pada akhirnya kita tidak ditakdirkan bersama? Ini kesalahan yang pertama sekaligus yang terbesar.

kita bahkan tidak mempersiapkan diri seandainya salah satu dari kita memutuskan pergi. Atau mungkin hanya aku saja yang lupa mempersiapkannya.

Saat Kita Menemukan Bahagia Sendiri-sendiri

Saat aku menulis ini, mungkin kamu sudah bahagia sekarang. Menemani buah hatimu yang lucu itu, atau sedang menyiapkan sarapan pagi yang sempurna untuk dinikmati bersama pria yang saat ini paling kamu sayangi.

Saat aku menulis ini, mungkin saja kamu sudah benar-benar lupa, bahwa aku pernah ada di sepersekian kali putaran waktu dalam hidupmu untuk menemanimu, memenuhi isi kepalamu dengan memori 'tentang kita' yang mungkin saja sudah terdelete sempurna atau setidaknya tertumpuk dengan memori baru dengan seseorang yang bukan aku lagi.

Tidak apa, memang begitu seharusnya. Saat kamu bersama kebahagiaanmu. Aku pun sudah menemukan kebahagiaanku sekarang. Aku malu sekali jika mengingat hari itu, hari di mana aku mendapati betapa keras kepalanya diriku, merasa yakin sekali bahwa tanpamu tidak akan ada lagi bahagia. Bahwa jika bukan bersamamu, apalah artinya bersama dengan yang lain. Dan mengklaim, bahwa hanya kamu satu-satunya di dunia yang bisa membuat hatiku jatuh hingga tak ingin kuambil lagi. Hanya kamu satu-satunya yang akan kucintai tanpa pernah selesai.

Seandainya Saja..

Dia adalah seseorang yang pertama kali mengucapkan kepadaku "selamat pagi, kamu. Ayo bangun, jagoan!" Dan juga yang rutin setiap malam mengatakan "selamat malam, tuan. Selamat tidur ya. Semoga tidurmu nyenyak. Aku berharap aku ada di sana, di tiap episode mimpi indah yang kauperankan. Bersamaku tentu saja". Kalimatnya, cukup membuatku tersenyum sendirian

Dia adalah seseorang yang gemar memberiku kejutan-kejutan. Selalu menyenangkan mendapati dirinya mengetuk pintuku dengan menyodorkan black forest yang selalu kusuka. Sesekali, dia pernah membuatkan nasi goreng telur dadar padahal aku masih tertidur lelap. Lalu dengan jahilnya ia membangunkan dengan mengagetkanku sampai kemudian aku terbangun kesal, tetapi tidak jadi marah karena ia menyogokku dengan nasi goreng lezat buatannya.

Seharusnya kita Bahagia Sekarang



Seharusnya kita sedang bahagia sekarang, menjalani kehidupan yang menyenangkan karena telah dibersamakan..

Seharusnya, aku yang menemanimu sekarang. Melewatkan momen-momen apa saja, membicarakan apa saja sampai larut malam. Sampai salah satu dari kita dihajar rasa kantuk yang membuat mata terpejam, lalu terbangun ketika sudah pagi. Dan wajahmu, adalah wajah yang kulihat pertama kali saat aku terbangun.

Seharusnya, kamu yang setiap pagi menyiapkan sarapan untukku. Tidak perlu yang terlalu mewah, cukup nasi goreng telur dadar. Asalkan kamu yang membuatkannya, aku akan lahap menghabiskannya.

Seharusnya, senyummu adalah senyum satu-satunya yang akan membuatku selalu berdebar. Ketika sibuk bekerja, ketika sibuk melakukan apa saja, kemudian teringat senyummu  mengunjungi kepala. Membuatku selalu cepat-cepat ingin pulang.

Seharusnya, kamu adalah satu-satunya yang kuajak bicara tentang berapa anak kita nantinya. Tentang seperti apa bentuk rumah kita. Seperti apa konsep pernikahan kita. Dan apa saja yang ingin kita capai berdua di masa tua. Seharusnya.

Seharusnya kita menjadi pasangan yang berbahagia di dunia, atau aku yang paling berbahagia di antara kita berdua. Seharusnya.

Cerah dalam Cinta



Judul buku       : Cerah dalam Cinta
Penulis             : Arian Abdurahman
Penerbit           : Oksana
Harga               : Rp. 40..000

Cara memesan buku Cerah dalam Cinta (CDC)

  • Kirimkan SMS/WA ke 0838 7884 5946, sebutkan jumlah buku yang dipesan NAMA, dan ALAMAT. Contoh SMS: Pesan 3 buku CDC, pemesan Riski, Alamat Jl. Lembang VII, RT 01/05, Ciledug, Tangerang
  • Kami akan reply berisikan total harga buku+ongkos kirim (kami menggunakan paket reguler JNE). Umumnya, 1 kilogram bisa untuk 4 buku, pemesanan 1 buku tetap dianggap 1 Kg (dibulatkan pihak JNE). Untuk memudahkan perhitungan, maka kami selalu memakai patokan 4 buku = 1 kg. Agar ongkirnya efisien, kami selalu menyarankan pesan dengan kelipatan 4 buku.
  • Setelah menerima sms konfirmasi, Pemesan melakukan transfer sesuai sms yg kami kirimkan ke Bank BRI, rek: 1511-01-004831-50-0 a.n. Abdurahman atau BSM (syariah Mandiri) 704-2075-358, a.n. Abdurahman 

Ada tujuh miliar penduduk bumi saat ini. Jika separuh saja dari mereka pernah jatuh cinta, maka setidaknya akan ada satu miliar lebih cerita cinta. Akan ada setidaknya 5 kali dalam setiap detik, 300 kali dalam semenit, 18.000 kali dalam setiap jam, dan nyaris setengah juta sehari-semalam, seseorang entah di belahan dunia mana, berbinar, harap-harap cemas, gemetar, malu-malu menyatakan perasaanya. (Tere Liye, Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah)

Setiap kisah cinta kita adalah spesial, meski didalamnya dibumbui dengan patah hati, terlukai, menunggu, berharap, dan segala luapan perasaan cemas. Dalam kondisi bagaimana pun, kita selalu punya kesempatan memiliki kisah cinta yang agung, kisah cinta yang spesial sepanjang kita mau memiliki pemahaman yang baik. Sepanjang kita terus-menerus berusaha memperbaiki diri.

Cerah dalam Cinta adalah buku kumpulan kisah tentang cinta. Cinta yang mengharu biru, cinta yang sederhana, cinta yang berujung luka sekaligus bahagia, hingga cinta yang mendewasakan, menguatkan, dan mendatangkan keikhlasan.

Sebelum Sejauh Matahari, Kita Pernah Sedekat Nadi



Aku rindu kamu yang dulu.
Iya, yang dulu merajuk ketika aku lupa menghubungimu. Kadang kesibukan membuat aku lupa meneleponmu, mengirim whatsapp atau BBM. Tetapi tidak sampai membuatku lupa untuk mencintaimu. Itu yang tidak kamu tahu.

Aku rindu kamu yang dulu.
Yang diam-diam maupun secara terang-terangan mencari perhatianku. Tidak masalah, momen itu justeru yang selalu kutunggu. Ketika kamu bertanya sedang apa? Sudah makan? Sibuk apa hari ini? bisa ketemuan nggak? Adalah rentetan pertanyaan basa-basi namun efeknya selalu membuatku senang tak terbilang.

Kalau saja Ada Kamu

Meski tanpa kamu, aku masih bisa menikmati soto ayam kesukaanku dengan lahap hingga terasa begitu mengenyangkan setelah menghabiskannya.

Meski tanpa kamu, aku masih bisa menonton Indonesia Lawak Klub hingga tertawa sampai berurai air mata. Menikmati kelucuan yang tersaji ditemani secangkir kopi hitam, lalu menyeruputnya dengan penuh ketenangan.

Meski tanpa kamu, bahkan aku masih bisa bepergian, mendaki gunung, menyusuri pantai, dan ke mana saja mengitari tempat yang aku suka sampai semuanya terasa sangat memuaskan.

| Blogger Template by BloggerTheme powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme