• Imagen 1 Resensi Negeri 5 Menara
    Tidaklah sulit mengenali sebuah novel berkualitas. Sebuah logo pada sampul depan bertuliskan BEST SELLER dan berbagai opini positif dari para tokoh terkenal

Darimu Aku Belajar



Darimu aku belajar…
Tentang bagaimana menjadi pemaaf. Disakiti berkali-kali, tetapi tak pernah alpa mendoakan mereka yang berkali-kali melukai.

Darimu aku belajar…
Tentang bagaimana caranya menjadi pribadi yang menyenangkan. Tak pernah segan menebar senyum kepada sahabat. Menghibur setiap yang sedih. Menjadi pendengar terbaik dan selalu ikut berempati atas setiap duka yang orang ceritakan kepadamu.

Darimu aku belajar….
Tentang bagaimana caranya menjadi sahabat sejati. Bersikap peduli tanpa basa-basi. Menolong tanpa tapi. Berbagi tanpa takut rugi.

Darimu aku belajar…
Tentang bagaimana caranya mengagumi. Iya. Kamu yang  berhati bening, berperangai anggun menjadi sosok sempurna untuk dikagumi dengan baik.

Mengapa Prabowo, Padahal dulu Jokowi?



            Hingar-bingar kampanye politik masih saja terasa meskipun hari ini sudah memasuki masa tenang. Masih saja di sosial media entah Facebook, twitter, dan media-media online masih  ramai meneriakkan Prabowo maupun Jokowi. Bahkan, semakin gencar saja rasanya ketika pemungutan suara hanya tinggal hitungan tak lebih dari 2x24 jam. Hal ini wajar saja terjadi, pasalnya, di detik-detik terakhir-lah kita harus benar-benar yakin, dan di detik terakhir pula-lah banyak orang harus diyakinkan untuk memilih Presiden yang benar. Benar-benar membawa kemakmuran rakyat, benar-benar jujur dan benar-benar amanah mengemban dan menjalankan mandat dari rakyat.
            Tulisan ini tak akan serta merta membuat pendukung Jokowi tiba-tiba akan beralih mendukung Prabowo, sama sekali tidak. Tetapi mengapa saya menulis ini? tentu saja karena saya hanya ingin menyampaikan saja, menyampaikan yang seharusnya benar. Mengapa seharusnya? Karena kebenaran sejati tentu saja hanya milik Allah saja. Dan saya, tentu saja sama sekali tak berhak mengklaim secara absolut kebenaran itu.
            Kita selalu merasa memilih Jokowi-Jk adalah keputusan yang benar saat membaca tulisan dari pendukung Jokowi. Saat Jokowi begitu di dewakan dan Prabowo dikerdilkan. Maka saat itu, muncul-lah keyakinan kita untuk memilih Jokowi-JK. Pun pada saat membaca tulisan tentang Prabowo yang ditulis secara indah oleh pendukung Prabowo, maka sepertinya hati kita akan memilih Prabowo. Pertanyaannya, kita hanya boleh memilih satu saja, lantas ke mana arah pilihan kita saat berada di bilik TPS pada 9 juli nanti?. Begitu banyak sumber informasi yang masuk ke telinga, mata dan pikiran kita. Terlalu banyak. Tetapi tidakkah kita mencoba mencermatinya dengan hati? Karena mata memang selalu bisa melihat dengan jelas, tetapi hanya hati yang bisa melihat dengan jujur.
            Saya hanya ingin berbagi pengalaman kepada para pembaca semua tentang betapa saya dulu begitu mengidolakan sosok kerempeng bernama Joko Widodo. jika tak percaya, silahkan cek tulisan saya berjudul “Jokowi the Phenomenon” (cek di http://abdurahman-el-farizy.blogspot.com/2012/09/jokowi-phenomenon.html ) Dalam tulisan itu betapa saya mengagungkan Jokowi sebagai pemimpin ideal untuk Jakarta. Sayangnya, harapan tak selalu berjalan lurus dengan kenyataan yang ada. Janji indah tak selalu seindah kenyataan. Nyatanya, belum ada yang baru dari Jakarta, walaupun selalu dan selalu pihak Jokowi mengklaim Jakarta sudah lebih baik. Tetapi mari kita bertanya pada akal sehat, sudahkah Jakarta sebaik yang Jokowi janjikan?

Tuliskan Cerita Tentangku!



        Suatu kali, kamu pernah berujar “tuliskan cerita tentangku!!!”. Maka detik ini kuputuskan bercerita tentangmu. Tetapi, bolehkah aku menyisipkan namaku disela-sela cerita tentangmu? Karena bukankah dalam cerita tentangmu yang aku ketahui,  selalu ada aku yang kemudian  -meski tak berapa lama- pernah menjadi ‘kita’?

            Suatu kali, aku pernah menulis sebuah cerita cinta nan mengharukan, lalu kamu memaksaku untuk memasukkan namamu dalam cerita itu. Kubilang “cerita ini tak pantas untuk kauperankan. Lain waktu, akan kubuatkan cerita tentangmu, dan akan kujadikan kamu tokoh utamanya”. Hari ini kutepati janjiku. Kujadikan kamu tokoh utama dalam cerita ini, karena bukankah sudah pernah kukatakan padamu, sekali aku berjanji, maka pantang untuk kuingkari.
            Tentu kamu masih ingat awal kali kita bertemu di sebuah senja yang memesona. Kala itu, aku tak berani menyapamu. Kupikir kamu adalah pribadi jutek dan mengerikan. Nyatanya, hari-hari berikutnya saat semesta mempertemukan kita lagi, baru kutahu, kamu adalah pribadi paling menyenangkan. Kabar baiknya, sikapmu yang menyenangkan itu kutemukan setiap hari. Ya, setiap hari, karena Tuhan berbaik hati mempertemukan kita setiap hari.

| Blogger Template by BloggerTheme powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme