Maukah kamu berada satu shaf di belakangku?
8/13/2014 10:39:00 AM
Kamu dan secangkir kopi sastra
, Posted in
cinta
,
fiksi
,
Sastra
,
4 Comments
Aku tak tahu harus memulai dari
mana. Saat kali pertama aku melihatmu, kemudian terjadi lagi pertemuan kedua,
ketiga dan seterusnya hingga sampailah kepada pertemuan yang entah kesekian
ratus kali jumlahnya. Tetapi di pertemuan yang kesekian ratus kalinya ini aku
ingin bertanya, maukah kamu berada satu shaf di belakangku? Tidak perlu
tergesa-gesa untuk menjawab, aku masih punya banyak waktu untuk menunggu. Tentu
saja, kamu pun punya banyak waktu untuk mempertimbangkan tawaranku ini. Maka
agar urusan ini menjadi lebih mudah, boleh kan jika aku meyakinkanmu lewat
beberapa kalimat agar kamu lebih mudah memutuskannya?
Maukah kamu berada satu shaf di
belakangku? Untuk shalat malam berdua, kemudian kamu mengaminkan setiap doa
yang kupanjatkan. Lalu bersama-sama melafalkan surat cinta yang sejak lama
diFirmankan oleh Tuhan kita sambil mentadabburi artinya serta belajar
menjalaninya bersama-sama.
Maukah kamu berada satu shaf di
belakangku? Bukan untuk shalat saja, tetapi untuk saling membantu. Kamu
membantuku menyiapkan perlengkapan kerjaku setiap hari, menyiapkan secangkir
kopi panas setiap pagi dan menyambutku sepulangnya aku lelah bekerja. Aku pun
akan membantumu melakukan banyak hal ; menyediakan bahuku sambil menemanimu
bercerita untuk mengurai semua masalah satu demi satu, lalu mencari jalan untuk
mengatasinya berdua. Memastikan kondisimu selalu dalam keadaan yang menyenangkan. Dan
tentu saja, menjadi pelindung yang selalu kamu butuhkan.
Maukah kamu satu shaf di belakangku?
Untuk mengejar bahagia yang sederhana. Kamu cukup menaati nasihatku yang berisi
kebaikan. Mengingatkan jika aku keliru, serta selalu menyertaiku dalam setiap
momen suka dan duka. Dan tentu saja, melewati masalah demi masalah bersama-sama
hingga akhirnya kita dapat menghebat bersama.
Maukah kamu berada satu shaf di
belakangku? Aku menjadi imam dan kamu menjadi makmum dalam sebuah keluarga
kecil yang sederhana. Kamu tidak perlu takut aku akan menuntutmu macam-macam,
juga jangan khawatir andainya kamu lupa bersolek di depan meja rias. Asalkan
kamu mau shalat bersamaku, mematuhi setiap kata-kataku dan ikhlas mendampingiku
dengan setia. Maka kupastikan akan membidadarikan dirimu. Membimbingmu dengan
penuh pengertian, dan menemanimu dengan penuh kecintaan.
.................................................................................................................................................
.................................selengkapnya ada di buku.............................Cerah dalam Cinta............................
............................................................................
.................................selengkapnya ada di buku.............................Cerah dalam Cinta............................
............................................................................
Abdurahman El-Farizy
Poris Gaga, Batuceper, Kota Tangerang
13 Agustus 2014, 09:58 WIB
Tulisan yang sungguh menggugah hati setiap yang membacanya, membuat tersenyum disetiap kalimat2 sederhananya, tidak pernah bosan untuk membacanya bahkan berkali kali. Two thumbs Up 👍
ijin share yah mas:)
Silakan mas..saya ijinkan tentu saja :)