Sebelum Sejauh Matahari, Kita Pernah Sedekat Nadi
1/27/2015 02:26:00 AM
Kamu dan secangkir kopi sastra
, Posted in
cinta
,
fiksi
,
Sastra
,
2 Comments
Aku rindu
kamu yang dulu.
Iya, yang
dulu merajuk ketika aku lupa menghubungimu. Kadang kesibukan membuat aku lupa
meneleponmu, mengirim whatsapp atau BBM. Tetapi tidak sampai membuatku lupa
untuk mencintaimu. Itu yang tidak kamu tahu.
Aku rindu
kamu yang dulu.
Yang diam-diam
maupun secara terang-terangan mencari perhatianku. Tidak masalah, momen itu
justeru yang selalu kutunggu. Ketika kamu bertanya sedang apa? Sudah makan? Sibuk
apa hari ini? bisa ketemuan nggak? Adalah
rentetan pertanyaan basa-basi namun efeknya selalu membuatku senang tak
terbilang.
Aku rindu
kamu yang dulu.
Kamu Yang kerap
menemaniku berbincang apa saja di waktu luang. Entah apa pun temanya, mulai
dari yang paling ringan seperti tentang buku, film, kesibukan sehari-hari kita
hingga yang paling berat seperti politik dan sastra. Kita sering berdebat,
tentu saja, terutama tentang politik. Tetapi tidak pernah menjadi masalah,
karena perdebatan itulah yang membuatku bisa menemanimu berlama-lama. Kita bisa
menemukan momen menyenangkan di sana.
Aku juga
masih sangat rindu, ketika dulu kamu gemar mengucapkan, “selamat pagi, kamu!. Udah
bangun belum? Jangan kesiangan, jagoan!” yang setiap pagi terpampang di layar
HPku. Bersamaan dengan itu, maka ada perasaan hangat di dalam dada kapan pun
kamu menyapa.
Aku tahu, akan
ada saatnya kamu bosan atau lelah menyapaku setiap pagi. Akan ada saat di mana
perbincangan kita akan kehilangan momen menyenangkannya. Aku tak bisa terus-menerus
membuatmu merasa nyaman berada di sisiku untuk terus berbincang berdua, untuk
terus menemaniku bercerita, untuk terus bersama-sama mengejar bahagia yang
sederhana. Kadang untuk terus bersama-sama, kita butuh sebuah pemahaman yang
sama, bahwa dalam setiap kebersamaan yang kita rajut berdua, mestinya itu
adalah cinta yang nyata, walaupun dikatakan atau tidak. Itu yang tidak kamu
pahami, tentang perasaanku yang menurut persepsimu; aku tidak memedulikanmu lantaran tak terlalu sering memperhatikanmu.
.......................................................................................................selengkapnya ada di buku Cerah dalam Cinta............... segera rilis
Abdurahman
El-Farizy
Ruang
Inspirasi, Poris, Kota Tangerang
Selasa, 27
Januari 2015, 02:11 WIB
Seperti tenggelam didalamnya. Ringan, simple tapi dapat mewakili yang dirasakan setiap yang membacanya. alangkah menyenangkannya jika bisa dibukukan setiap tulisan2 ini. Ditunggu terbut bukunya.