Seharusnya kita Bahagia Sekarang



Seharusnya kita sedang bahagia sekarang, menjalani kehidupan yang menyenangkan karena telah dibersamakan..

Seharusnya, aku yang menemanimu sekarang. Melewatkan momen-momen apa saja, membicarakan apa saja sampai larut malam. Sampai salah satu dari kita dihajar rasa kantuk yang membuat mata terpejam, lalu terbangun ketika sudah pagi. Dan wajahmu, adalah wajah yang kulihat pertama kali saat aku terbangun.

Seharusnya, kamu yang setiap pagi menyiapkan sarapan untukku. Tidak perlu yang terlalu mewah, cukup nasi goreng telur dadar. Asalkan kamu yang membuatkannya, aku akan lahap menghabiskannya.

Seharusnya, senyummu adalah senyum satu-satunya yang akan membuatku selalu berdebar. Ketika sibuk bekerja, ketika sibuk melakukan apa saja, kemudian teringat senyummu  mengunjungi kepala. Membuatku selalu cepat-cepat ingin pulang.

Seharusnya, kamu adalah satu-satunya yang kuajak bicara tentang berapa anak kita nantinya. Tentang seperti apa bentuk rumah kita. Seperti apa konsep pernikahan kita. Dan apa saja yang ingin kita capai berdua di masa tua. Seharusnya.

Seharusnya kita menjadi pasangan yang berbahagia di dunia, atau aku yang paling berbahagia di antara kita berdua. Seharusnya.

Tetapi kata ‘seharusnya’ memang tidak akan pernah menjadi sebagaimana mestinya. Ya, aku tahu itu. Pada akhirnya semua hanya akan menjadi kemungkinan-kemungkinan yang tidak akan pernah menjadi kenyataan.

Kamu sudah pergi sekarang. Celakanya, kepergianmu itu bersama seseorang yang kemudian menikahimu beberapa bulan lalu. Itu yang membuat kata ‘seharusnya’ tidak pernah menjadi  ‘harus'. kata harus yang seharusnya terwujudkan.

Bukan, bukan kamu yang salah. Aku saja yang bodoh karena tidak pernah mengatakannya. Tetapi kemudian aku menyesalinya sekarang kenapa tidak pernah berani mengatakannya. Iya, aku baru tahu ternyata  kamu pernah memiliki perasaan yang sama kepadaku. Aku tahu semuanya dari teman kita. Dia memberitahuku semuanya. Kamu pernah bercerita padanya bukan? Dia bilang, kamu selalu memperhatikanku di sosial media, mengamati setiap kali aku menulis PM di Blackberry Mesanger, atau di Facebook dan juga Path. Lalu kamu berkata, “semoga yang dia tulis itu untukku, tentangku.” Begitu harapmu setiap kali membaca tulisanku, tetapi kemudian kamu ragu lagi dengan mengatakan, “ah sepertinya itu memang bukan untukku”. Hey, seandainya saja kamu tahu, semua itu memang tentang  kamu, bukan tentang siapa-siapa. Seharusnya kamu yakin dengan intuisimu bahwa itu memang kutuliskan untuk kamu, hanya kamu.

Dia juga bilang padaku, kamu tahu semua kebiasaanku, makanan kesukaanku, keanehanku, sampai tempat-tempat yang paling suka aku kunjungi. Aku baru tahu itu, ternyata kamu memperhatikanku sedetail itu. Sudah sangat terlambat bagiku menyadari semuanya, sampai kemudian kamu lelah memperhatikanku dan memutuskan pergi bersama seseorang yang juga mencintaimu. Bedanya, seseorang itu mengatakan mencintaimu dan memintamu secara terang-terangan. Itu yang tidak aku lakukan.

Memang benar apa yang dikatakan orang, hanya karena dua orang pada akhirnya tidak bersama, belum tentu keduanya tidak saling jatuh cinta. Kita pernah sama-sama jatuh cinta, tetapi aku memilih tidak mengatakannya. Kupikir, jika aku mengatakannya dan kamu ternyata tidak memiliki perasaan yang sama, lantas kamu akan berubah membenciku dan menjauhiku. Maka jika itu yang terjadi, tentu aku akan menyesalinya. Ternyata, tidak mengatakannya justru  membuatku jauh lebih menyesalinya.

Tetapi bahagia selalu datang tepat waktu bukan? Jika pada akhirnya kita memang tidak ditakdirkan untuk bersama, mungkin itu cara Tuhan menunjukkan bahagia yang lain. Karena bahagia itu bukan satu orang. Bukan satu jalan. Ada banyak orang dan banyak jalan. Dan kita pada akhirnya harus menemukan bahagia kita sendiri-sendiri dengan orang lain. Kita masih bisa berbahagia meski tidak menjadi yang paling bahagia.

Poris gaga, 30 Juni 2015/13 Ramadhan 1436 H
00.50 WIB

0 Response to "Seharusnya kita Bahagia Sekarang"

Posting Komentar

| Blogger Template by BloggerTheme powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme