Jatuh Cintanya Sudah, Mengatakannya Saja yang Tidak Pernah
Aku mencintaimu sejak rambutmu masih berkepang dua. Sampai sekarang. Ketika rambutmu sudah tertutup kain yang tentu saja semakin membuatmu terlihat lebih anggun dan jelita.
Entah mengapa aku tak pernah bisa mengatakannya? Bukan. Bukan karena takut akan semua resikonya. Bukan karena takut membayangkan 'sudah susah payah merangkai kata-kata dan gemetar mengucapkannya' lalu kamu hanya akan menimpalinya, "Maaf aku tidak bisa" atau "Maaf, aku mencintai pria lain". Bukan itu. Hanya saja setiap kali ingin mulai mengatakannya, ada keraguan yang pelan-pelan menyelinap. Pelan memang, tetapi cukup untuk membuatku urung mengatakannya. Dan keraguan itu bukan terletak pada perasaannya. Bukan pada apakah aku benar-benar mencintaimu atau tidak. Tapi keraguan itu ada pada diriku sendiri. Tentang kepantasan menemanimu sepanjang usia. Menemanimu bercerita dan aku mendengarkannya setiap hari lalu kita menciptakan tawa di sana . Tentang kepantasanku kalau besok lusa kita menikah, apakah aku akan menjadi imam yang baik atau tidak. Dan yang paling penting adalah, apakah aku pantas untuk memperoleh balasan cinta yang sama?