5/08/2017 09:23:00 PM
Kamu dan secangkir kopi sastra
, Posted in
cinta
,
fiksi
,
masterpiece
,
Sastra
,
0 Comments
Dua orang yang saling mencintai tetaplah dua orang yang memiliki kehidupan masing-masing. Sebagaimana aku dengan kesibukanku, dan kamu dengan kesibukanmu. Sebagaimana kamu memiliki sahabat dekat, dan aku memiliki kawan dekat. Kita bisa menjalani kehidupan berbeda kita, meski kita sama-sama jatuh cinta. Namun di sini, ketika hanya ada aku dan kamu, maka ini menjadi tentang kita saja.
Aku senang, ketika kamu menghabiskan libur akhir pekan dengan berjalan-jalan seharian dengan sahabatmu. Tertawalah bersamanya, nikmati setiap momen persahabatan kalian yang berkesan. Bahkan ketika kamu harus curhat sepanjang malam dengan sahabatmu, lagi-lagi aku tidak keberatan. Sesama perempuan memang harus saling berbagi cerita. Aku tidak mengatakan itu sama dengan Bergosip. Kadang, bagi sebagian perempuan, cara yang baik mengaktualisasi diri adalah dengan saling curhat. Benar tidak?
Lalu apakah kamu tidak keberatan kalau aku menghabiskan satu-dua malam dengan nongkrong bersama teman-teman? Kamu jangan khawatir, paling aku hanya menonton pertandingan sepak bola, lalu menghabiskan beberapa gelas kopi, kacang dan juga gorengan. Atau kami hanya akan duduk melingkar sambil main kartu atau berdiskusi tentang siapa yang paling pantas jadi Gubernur tahun depan. Kadang kami juga ngobrol santai membahas apa saja hingga kami tertawa, menertawakan diri sendiri. Itu yang kulakukan bersama teman-teman. Tetapi kalau waktunya tiba, saat rindumu memanggilku. Aku di sini, meninggalkan semua hiruk-pikuk itu untuk menujumu. Jadi, sesibuk-sibuknya, aku akan tetap mengutamakanmu. Karena ini bukan persoalan mana yang lebih penting antara kamu dengan mereka. Tetapi ini tentang kita. Kalau bicaranya sudah 'Tentang Kita', maka itu sama artinya dengan bicara tentang masa depan. Dan aku rela meninggalkan semua sibukku hanya untuk menukarnya dengan ribuan detik berharga bersamamu.