Pamit
Aku Pamit…
Kamu pernah ada di berjuta-juta gigabyte memori dalam otakku. Kamu pernah riuh kusebutkan dalam doa. Pernah juga kurapalkan namamu dalam tiap desah dan cuaca. Aku Pamit untuk tidak lagi melakukan rutinitas ini.
Aku pernah mencungkil perhatianmu dengan berusaha membuatmu tertarik. Untuk memberi isyarat, “Hei, lihatlah kesini. Ada aku yang memperhatikanmu. Mengagumimu sekian lama, puluhan musim. Kali ini aku pamit untuk tidak lagi melakukannya.
Kita sama-sama berlari. Aku berlari mengejarmu dan kamu berlari ke arah yang lain. Tidak akan pernah bertemu pada titik yang sama. Maka kuputuskan untuk berhenti, pamit undur diri.
Bukan. Kamu salah jika menebak aku tidak mencintaimu lagi. Masih dan akan selalu. Namun pada akhirnya aku harus mengalah pada logika. Pada setiap serpihan nyata yang menyadarkan bahwa menyudahi perjuangan adalah sesuatu yang benar. Kamu bukan diciptakan untuk diperjuangkan olehku. Atau mungkin aku diciptakan bukan untuk memperjuangkanmu. Ah, barangkali itu yang benar.
Maka pergilah kamu dengan santai, kini tak ada lagi aku yang mengejar
Aku Pamit..
-Arian-
0 Response to "Pamit"
Posting Komentar