Hingga Akhirnya Ada Dia
10/22/2014 12:06:00 AM
Kamu dan secangkir kopi sastra
, Posted in
cinta
,
fiksi
,
Sastra
,
0 Comments
Aku
sudah lupa bagaimana rasanya menunggu seseorang di depan pintu rumahnya.
Berdiri dengan sabar, sambil berharap ia keluar dengan anggunnya, untuk kuajak
pergi bersama. Menggandeng tangannya, yang efek bahagianya merembet sampai ke
hati.
Aku
sudah lupa bagaimana rasanya menatap mata seseorang, kemudian ia balas menatap dengan
tatapan penuh arti. Lalu setelahnya, kami sama-sama saling melempar senyum. Iya.
Siapa yang tidak tersenyum begitu saja jika dihujam tatapan seperti itu?
Aku
sudah lupa tentang suara merdu dari seberang telepon yang berbunyi, “selamat
pagi, kamu. Udah sarapan? Sarapan apa
hari ini?”. seseorang yang seolah tidak ada lelahnya memberi perhatian, pagi,
siang, malam. Seseorang yang selalu berusaha memastikan, –aku tetap baik-baik
saja.–
Aku
sudah lupa rasanya berjalan bersisian, bergandeng tangan, tanpa suara, namun
ada perasaan yang sangat menyenangkan di dada.