Untuk Seseorang yang Tak Bisa Kubahagiakan
5/23/2016 11:06:00 AM
Kamu dan secangkir kopi sastra
, Posted in
cinta
,
fiksi
,
masterpiece
,
0 Comments
Halo, kamu.. Aku tak bermaksud menanyakan kabarmu, karena aku tahu kabarmu sudah jauh lebih baik sekarang. Benar, kan? Tentu saja. Karena jika tujuanmu pergi dariku agar kamu lebih bahagia, seharusnya kamu sudah bahagia sekarang. Ya, aku sudah melepaskanmu sekarang, bahkan sebelum benar-benar melepaskan, aku tidak benar-benar mengikatmu, bukan? Agar sewaktu-waktu kamu meminta pergi, kamu bisa pergi dengan mudah.
Entah kenapa setelah kamu akhirnya pergi, aku bertambah lega sekarang. Jangan dulu salah paham, aku bahagia bersamamu sesungguhnya. Paling tidak, aku tak pernah merasa kesepian karena kamu bisa menyapaku kapan saja. Kalau aku ingin ngobrol, kalau aku kerepotan, termasuk juga kalau aku butuh diperhatikan, setidaknya kamu ada. Bahkan bisa dibilang, kamu selalu ada. Yang membuatku lega adalah kamu bisa mengejar bahagiamu sekarang. Mencari bahagia yang tidak kamu dapat dariku. Kamu harus menemukan bahagiamu, Harus! Seperti aku yang telah menemukan bahagiaku. Ya, aku sudah menemukannya. Kamu tahu sejak kapan? Tepatnya saat kamu memutuskan untuk mencintaiku pertama kali. Kemudian berlanjut sampai kamu bersedia menemaniku, menghabiskan banyak waktu bersamaku, hingga melakukan apa saja bersamaku. Itu adalah bahagiaku. Kalau kamu? Entahlah.
Inginnya, aku terus membuatmu tertawa. Merasa nyaman setiap kali kamu bercerita dan aku mendengarnya. Merasa tenang setiap kali aku datang. Dan ada senang yang tak terbilang, karena aku akan memberimu hadiah-hadiah sederhana namun penuh kejutan. Dan kamu selalu bahagia setiap kali menerimanya.
Inginnya, aku bisa menjagamu kapan saja. Tidak harus selalu bersisian. Tidak harus selalu satu jengkal di sampingmu, tapi cukup dengan mendengar suaraku saja dari seberang telepon, kamu sudah merasakan kedamaian.
Inginnya, aku bisa tetap membuatmu jatuh cinta setiap hari, setiap kali. Tanpa bosan, tanpa jeda. Lalu kamu akan merindukanku lagi dan lagi. Sampai pada akhirnya kita memutuskan untuk menua bersama.
Inginnya, aku bisa membahagiakanmu segera. Membidadarikanmu sebisanya dan pasti bisa. Menghebat bersamamu seiring berjalannya waktu, dan kita akan benar-benar mewujudkannya jika tetap bersabar. Jika kita tetap memutuskan bersama.
Tetapi semua itu hanyalah inginku. Sedangkan inginmu harus segera kauwujudkan juga. Inginmu bahagia secepatnya. Inginmu mencari hati yang baru, yang menurut persepsimu, bisa lebih membuatmu bahagia. Dan inginmu yang tak pernah menjadi inginku adalah ketika kamu memutuskan pergi. Tetapi sepanjang itu adalah keinginanmu, aku pasti akan membantumu mewujudkannya. Walaupun setelah melakukannya akan ada luka yang tak terjelaskan.
Kamu hanya terburu-buru. Ingin semuanya berjalan cepat. Padahal bahagia itu selalu datang tepat waktu. Tapi ya sudah. Aku hanya bisa berlari semampuku, mengejar mimpiku satu demi satu. Mimpiku yang seandainya kamu tidak pergi akan menjadi mimpimu juga. Mimpi kita.
Tetapi kamu sudah pergi sekarang. Aku tidak tahu apakah setelah kepergianmu, aku akan menjadi lebih baik atau tidak. Menjadi lebih bahagia atau tidak. Tetapi kamu mengajarkanku banyak hal, tentang bagaimana seharusnya membahagiakan seseorang di masa depan. Terimakasih, kamu...
Arian, Poris, 20 Mei 2016. 07:07 WIB
0 Response to "Untuk Seseorang yang Tak Bisa Kubahagiakan"
Posting Komentar