BENTUK JURNALISTIK MEDIA CETAK
12/13/2012 02:11:00 PM
Kamu dan secangkir kopi sastra
, Posted in
Edukasi
,
0 Comments
Jurnalistik media cetak dipengaruhi oleh dua faktor, yakni
faktor verbal dan visual. Verbal sangat menekankan pada kemampuan kita memilih
dan menyusun kata dalam rangkaian kalimat dan paragraf yang efektif dan
komunikatif. Sedangkan visual menunjuk pada kemampuan kita dalam menata,
menempatkan, mendesain tata letak atau hal-hal yang menyangkut segi perwajahan.[1] Materi berita yang ingin kita
sampaikan kepada pembaca memang merupakan hal yang sangat penting.
Dalam perspektif jurnalistik, setiap informasi yang
disajikan kepada khalayak, bukan saja harus benar, jelas dan akurat, melainkan
juga harus menarik, membangkitkan minat dan selera baca (surat kabar, majalah),
selera dengar (radio siaran), dan selera menonton (televisi). Karya jurnalistik
harus benar dan dikemas dalam bahasa dan penyajian yang dapat menarik perhatian
para pembacanya.
Media cetak di Indonesia berkembang sangat pesat dalam
berbagai sisi. Selain mengikuti waktu terbitnya, baik setiap pagi atau petang,
harian, mingguan, bulanan ataupun sesekali menerbitkan edisi khusus, perwajahan
Koran pun mengalami perubahan. Begitu pula dengan tampilan majalah. Sejak
reformasi di Indonesia, banyak majalah bermunculan. Mereka mengejar kebutuhan
masyarakat akan berbagai informasi, dari informasi ringan maupun informasi
berat.. di berbagai majalah berita, misalnya para wartawan bukan hanya
melaoprkan peristiwa yang terjadi pada public tapi juga mengejar berbagai
informasi yang tersembunyi. Para wartawan dikirim meliput keberbagai situasi
public, perusahaan komersial atau pemerintahan. Para reporter ditugaskan
melaporkan kejahatan, bisnis, dan yang lainnya. Dan didasari kebijakan redaksi
dan perusahaan yang baik, ditujukan untuk menerbitkan berbagai majalah dengan
masing-masing spesifikasi target para pembacanya.
1. Surat Kabar
Teknologi elektronik yang memasok televisi hampir di setiap
rumah di dunia barat, ikut mendorong perkembangan proses percetakan surat
kabar. Kehadiran televisi membuat permunculan Koran-koran yang dibagikan secara
gratis. Iklan telah menutup biaya produksi percetakan surat kabar tersebut.
Waktu terbitan surat kabarpun telah bervariasi, ada surat kabar harian dan
mingguan, ada surat kabar pagi atau sore. Serta sasaran distribusinya ada yang
hendak menjangkau beberapa ratus penduduk pada sebuah kota kecil dan ada pula
yang memasok keseluruh rakyat pada sebuah negara, bahkan untuk seluruh orang di
dunia sebagai “pasar” internasional.
Sebuah surat kabar dinilai berbeda karena kesegaran berita
yang disampaikan, karakteristik headline-nya, dan keanekaragaman liputan yan
menyangkut berbagai topik isu dan peristiwa. Ini sangat terkait denagn
kebutuhan para pembacanya, baik dari sisi menarik informasi yang diinginkan
oleh pembacanya, dari surat kabar yang ingin dilangganinya. Fungsi surat kabar
pun bukan sekedar pelapor kisah-kisah atau kejadian orang seorang.
Setiap orang memiliki hak untuk megetahui segala
pernak-pernik kejadian. Karena, dari bekal informasi itulah, setiap orang dapat
turut berpartisipasi di dalam kehidupan masyarakat. Untuk mendapatkan secara
kepastian informasi, setiap orang membutuhkan wartawan surat kabar, yang
bertugas sebagai wakil masyarakat untuk mencari dan memberi tahu tentang segala
perisiwa yang terjadi dan dibutuhkan oleh masyarakat. Karena wartawan
bertanggung jawab pada kebutuhan masyarakat akan informasi yang ada di
lingkungannya.
Perkembangan surat kabar menurut Encyclopedia Britannica
sendiri bisa di lihat dari tiga fase.[2]
Pada fase pertama yaitu para pelapor yang megawali oenerbitan
surat kabar yang muncul secara sporadic dan secara gradaual kemudian menjadi
penerbitan yang regural yang teratur waktu terbit dan materi pemberitaan serta
khalayak pembacanya. Perkembangan masyarakat akhirnya membuat pertumbuhan surat
kabar menjadi institusi penerbitan mapan yang diakui masayakat.
Fase yang kedua yaitu pertumbuhan kemampuan jurnal-jurnal
regular yang masih rentan terhadap berbagai tekanan masayarakat. Penyensoran
terhadap berbagai subyek materi informasinya kerap diterima surat kabar. Setiap
pendirian surat kabar mesti memiliki izin dari berbagai pihak yang berkuasa.
Fase ketiga yaitu masa penyensoran telah tiada namun
berganti dengan berbagai bentukan pengendalian. Kebebasan pers memang telah
didapat. Berbagai pemberitaan sudah leluasa disampaikan. Tetapi, system
kapitalisasi industry masyarakat kerap jadi pengontrol. Di lakukan antara lain
melalui pengenaan pajak, penyuapan dan sanksi hukum yang di lakukan kepada
berbagai media dan pelaku-pelakunya. Berdasarkan itulah kemandirian surat kabar
ditentukan dalam masyarakat.
2. Majalah
A. Abad ke-17
Pada masa Cina kuno pernah di terbitkan sesuatu yang
menyerupai majalah, tapi majalah yang kita kenal saat ini baru di kenal
semenjak ditemukannya mesin cetak di Barat. Awalnya mesin cetak tersebut di
gunkan untuk membuat pamphlet, selebaran, buku-buku cerita dan kalender. Lalu
secara bertahap disalurkan untuk mencatak terbitan regular dengan mengumpulkan
berbagai macam bahan yang ditujukan untuk menyalurkan kepentingan
masing-masing. Dan pada akhirnya majalah menempati posisi di antara buku dan surat
kabar.
Jenis majalah yang kebih ringan isisnya, atau berkala
hiburan, pertama kali terbit pada tahun 1672, didirikan oleh seorang penulis
yang bernama Jean Donneau de Vinci.
B. Abad ke-18
Perkembangan di Inggris, di tandai dengan keadaan masyarakat
yang telah meningkat kemampuan “melek-huruf” khususnya di kalangan perempuan.
Di tambah menggejalanya kesadaran masyarakat akan hal-hal baru. Majalah member
kebutuhan akan hal itu dan menampakkan kemapana oleh karenanya. Di Inggris
kemapanan penerbitan majalah di pengaruhi oleh tiga essay periodicals (esai-esai
berkala) yakni terbit seminggu tiga kali dan sebagai harian.
C. Abad ke-19
Di awal terbitannya, berbagai majalah didesain hanya untuk
kalangan terbatas. Sejak tahun 1830-an, bermuncullah majalah-majalah berharga
murah, yang ditujukan kepada public yang lebih luas. Awalnya majalah ini
menyajikan materi-materi yang bersifat meningkatkan, mencerahkan, dan menghibur
keluarga. Tapi pada akhir abad 18, berkembang majalah-majalah popular yang
semata-mata menyajikan hiburan. Di Inggris yang menjadi pelopor majalah jenis
baru ini adalah Charles Knight. Dan muncul pula berbagai penerbitan majalah
serially yang dipenuhi oleh gambar-gambar ilustrasi.
Pada akhir abad ke-19, penerbitan majalah mengalami peningkatan
pasar. Masyarakat mendapatkan banyak informasi dan hiburan. Di AS, penerbitan
majalah terjadi setelah ekspansi besar-besaran pasca perang sipil, juga berkat
meningkatnya kecepatan pengiriman majalah lewat pos.
D. Abad ke-20
Pada awalnya iklan sangat di tentang oleh berbagai majalah.
Alasannya menjaga nilai-nilai satrawi (kesusastraan) dipakai sebagai penguat
penolakan. Di Inggris, ketika pajak iklan diturunkan, pada tahun 1853, dan para
pemasang iklan mulai menyerbu, berbagai pengelola majlah di antaranya memasang
argumen, “tugas dari suatu jurnal yang mandiri ialah melindungi sejauh mungkin
untuk mudah percaya, meyakini, dan tak waspada pada kepintaran
(tersembunyi)pemasang iklan”.
Di Amerika, banyak majalah juga seperti itu, misalnya
memasang ketatnya aturan pada para pengiklan. Akan tetapi, iklan sudah menjadi
tenaga industry media. Penerbitan majalah, sebagian besarnya, termasuk
medium yang di dorong oleh iklan.
Majalah berita Time, yang diterbitkan tahun 1923 oleh
Briton Hadden dan Henry Luce. Majalah Time setiap minggunya menulis ulang
berbagai berita untuk penduduk pedesaan. Ia menjiplak pemadatan
(mengintisarikan) model majalah Digests dan majalah saku. Tetapi Time adalah
yang pertama-tama menyajikan secara ringkas dan sistematis segala berita
di seluruh dunia. Ia memakai dasar pandangan bahwa “masyarakat menjadi tuna
berita karena ketiadaan publikasi yang mau mengadaptasi kesibukan orang-orang
yang hanya memiliki waktu sedikit untuk membaca berita”.
Semua itu mula-mula dikerjakan secara amatiran dan banyak
kesulitan. Hadden dan Luce tidak punya banyak pengalaman saat mulai meringkas
berita dari kumpulan surat-surat kabar harian. Tetapi usaha tersebut menanjak
pasti, menemukan pasarnya di kalangan alumni perguruan tinggi yang jumlahnya
membengkak.
Selain majalah berita, ada pula jenis pocket magazine
(majalah-majalah saku), specialized magazines (majalah-majalah khusus), serta
majalah-majalah scholarly (ilmiah), cultural (kebudayaan), dan literary
(kesusastraan).
Di Indonesia, masyarakat mengenalnya lewat majalah intisari
yang berisi berbagai feature ringan tentang berbagai kisah kehidupan.
Majalah-majalah specialized mengisi pula perkembangan dunia penerbitan majalah.
Di tengah peningkatan sirkulasi majalah-majalah umum, beredar pula majalah-majalah
yang melayani minat-minat khusus masyarakat. Majalah jenis ini diklasifikasikan
kedalam tema-tema materi professional (seperti perdagangan dan teknikal) dan
jurnal-jurnal nonprofessional.
Sejumlah Kategori Majalah
Berikut adalah kategori majalah,
menurut Encyclopedia Britannica:
1. Majalah umum.
Majalah
ini berisi berbagai macam hal dan ditujukan tidak pada segmen tertentu.
Contohnya adalah majalah Reader’s Digest atau intisari.
2. Majalah-majalah berkualitas.
Majalah
ini menawarkan artikel-artikel yang khusus. Kualitas artikelnya tidak bisa
dipublikasikan dimana saja. Kualitas artikelnya tidak termasuk dalam kategori
biasa-biasa saja. Contohnya adalah National Geograpic.
3. Majalah penerbangan.
Sejenis
majalah internal yang ditujukan kepada para penumpang pesawat terbang. Majalah
jenis ini masih satu rumpun dengan majalah umum. Sifat internal majalah ini
menyebabkan isi materinya disesuaikan dengan profil penumpang pesawat terbang,
dikarenakan kebanyakan penumpang pesawat itu berprofesi sebagai pengusaha, maka
umumnya artikel yang disajikan tidak terlepas dari tema bisnis dan hiburan.
4. Majalah berita.
Merupakan
satu bentuk publikasi yang mengombinasikan unsur aktualitas peristiwa mingguan
dengan peliputan mendalam dan penulisan feature mingguan personal. Isi
majalahnya kebanyakan ditulis dengan menggunakan pendekatan feature.
5. Divisi majalah dalam Koran.
Ini
adalah majalah yang diterbitkan sejumlah surat kabar kepada pelanggan mereka
yang memiliki minat dan perhatian tertentu. Umumnya majalah seperti ini berisi
sketsa sosok-sosok penduduk local, lembar-lembar peristiwa dan sejarah,
renungan pemikiran, peristiwa budaya, tentang kebun dan tentang kiat
bisnis.
6. Majalah kota. Berkembang seiring dengan
matinya majalah-majalah bersirkulasi nasional. Yang ditawarkan majalah kota
adalah artikel-artikel survival untuk menghadapi problematika kota besar,
ditambah sajian-sajian entertaint.
7. Majalah religius. Majalah ini
memuat artikel-artikel keagamaan jenisnya cukup bervariasi mulai dari majalah
bergaris keras-fundamentalis sampai yang bentuk lunak-kompromistis.
8. Majalah pria.
Majalah
khusus yang berbicara tentang hobi para pria seperti bertualang dan memancing.
9. Majalah wanita.
Materinya
mulai dari yang menawarkan tips-tips dapur hingga majalah yang diisi oleh
aktivis feminis yang menuntut persamaan.
10. Shelter magazine.
Ditujukan
kepada khalayak yang menaruh minat pada hal-hal yang berkaitan dengan rumah,
pertanaman, berkebun, dekorasi interior atau berbagai aktivitas rumah lainnya.
11. Majalah pertanian.
Berisi
artikel yang berkisar pada topic pertanian atau peternakan, berkebun dan
menanam bunga.
12. Majalah olahraga.
Tema
berita maupun ulasan dan artikel berkisar pada olahraga dan aktivitas fisik di
luar ruangan.
13. Jurnal perdagangan.
Karena
ditujukan untuk kepentingan bisnis, artikelnya pun kebanyakan berkisar
soal bisnis dan ekonomi.
14. Majalah perusahaan.
Ada
yang ditujukan untuk khalayak umum, ada pula yang diterbitkan sekedar untuk
memenuhi kebutuhan perusahaan menjalin kontak antar anggota. Para pengelolanya
mendasarkan isinya kepada kepentngan public relations dari kelembagaan yang
menerbitkannya.
15. Majalah fraternal-organisasi persaudaraan.
Diterbitkan
untuk kepentingan organisasi. Berisi materi yang melibatkanpara anggota dalam
proyek-proyek organisasi.
16. Majalah opini.
Berisi
berbagai artikel opini. Misalnya, majalah yang bervisi politik tertentu.
17. Publikasi alternatif.
Cakupan
isinya di mulai dari minat yang sempit dengan format sederhana, namun tak
tertutup kemungkinan jika di sukai public dan berkembang menjadi besar.
18. Majalah khusus lainnya.
Majalah
ini meliputi pertumbuhan dari kebutuhan, minat dan perhatian masyarakat yang
dari hari ke hari kian bertambah sesuai dengan peningkatan hidup keseharian
yang dikehendaki masyarakat.
DAFTAR
PUSTAKA
Haris
Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature, Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2005
Septiawan
Santana K. Jurnalisme Kontemporer, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005
[1]
Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature, Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2005 hal 4-5.
[2]
Septiawan Santana K. Jurnalisme Kontemporer, Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2005, hal 87
[3]
Septiawan Santana K. Jurnalisme Kontemporer, Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2005, hal 89
0 Response to "BENTUK JURNALISTIK MEDIA CETAK"
Posting Komentar