Siapa yang tidak jatuh cinta kepada Bapak Presiden?
Siapa
yang tidak jatuh cinta kepada Bapak Presiden? Untuk menjenguk sang anak yang
diwisuda, beliau rela menggunakan pesawat umum. Padahal, bisa saja beliau
menggunakan pesawat kepresidenan yang mewah itu. Apa salahnya? Mengahdiri
wisuda merupakan momen prestisius, bukan?
Siapa
yang tidak jatuh cinta kepada Bapak Presiden? Mengenakan kemeja putih sederhana
dengan ciri khas lengan tergulung layaknya sang pekerja yang begitu militan.
Padahal, yang kami tahu, untuk kelas Presiden, pakaian necis dan jas mewah
serta dasi mahal adalah ciri khas ideal untuk seorang Presiden pada umumnya.
Siapa
yang tidak jatuh cinta kepada Bapak Presiden? Blusukan ke daerah mana saja yang
terpencil sekali pun. Memanjat tower di pulau sebatik, menerabas banjir ibu
kota dengan berjalan kaki menggulung celana, hingga berjibaku mencari korban
longsor di tumpukan tanah bercampur lumpur di Banjarnegara.
Siapa
yang tidak tergetar hatinya kepada Bapak Presiden? Melihat kapal-kapal asing
yang kerap mencuri ikan itu, diberangus satu-persatu, ditembak hingga tunggang-langgang
lari terbirit-birit. Padahal, Presiden terdahulu itu biasa-biasa saja. Atau
barangkali mencoba terbiasa dengan tingkah maling illegal Fishing.
Siapa
yang tidak terharu kepada Bapak Presiden? Ketika lazimnya Presiden datang dari
kalangan ningrat, dari turunan pembesar, atau dari saudagar dan konglomerat.
Presiden kita kali ini, adalah rakyat dari keluarga sederhana. Presiden kita
saat ini, membuktikan bahwa untuk menjadi Presiden tak selalu harus jadi
saudagar dahulu, atau memiliki bisnis yang menggurita, juga tak harus memiliki
seorang ayah sang guru bangsa. Cukup pengabdian dan kerja.
Siapa
yang tidak bangga setengah mati kepada Bapak Presiden? Masuk majalah asing
berkali-kali sebagai New Hope, sebagai fenomena, sebagai tokoh paling
berpengaruh, dan sederet penghargaan lainnya. Padahal, negeri ini sedang
morat-marit kondisinya. Sedang limbung kehidupan sosial maupun politiknya.
Bahkan kata mereka, negeri ini hampir karam. Ada juga yang bilang, ini negeri
para bedebah dan negeri di ujung tanduk. Sederet penghargaan untuk Bapak
Presiden, seolah memberi garansi, besok lusa, negeri kita bahkan jadi lebih
hebat dari macan asia. Besok lusa, negeri ini menghebat lagi, seperti yang
selalu Bapak katakan; Indonesia Hebat
Siapa
yang tidak berdecak kagum kepada Bapak Presiden? Saat mayoritas anak muda sudah
jengah dan jenuh dengan pepesan kosong dunia politik. Datang sosok pemimpin
dengan gairah jiwa muda. Menyukai musik metal, rock dan mengidolakan slank juga
metallica. Tampil dengan gagasan segar dan visioner, membuat jutaan anak muda
bahkan terjun menjadi pemilih aktif yang lantang dan gegak gempita
berteriak salam dua jari. Padahal, dulu sekali, mana ada pemuda yang bersedia
mendatangi tempat pengap bernama TPS?. Tetapi karena Bapak, para pemuda tersihir
memilih nomor dua tanpa keraguan berarti.
###
Tetapi
Pak, belum satu bulan Bapak merengkuh RI 1, kami kaget, Pak. BBM yang menjadi
hajat hidup orang banyak itu tiba-tiba naik level harganya. Semua panik, ya
mahasiswa, ya buruh, ya ibu rumah
tangga, semuanya. Yang kami tidak mengerti, kenaikan BBM bertepatan dengan
turunnya harga minyak dunia. Bahkan yang kami dengar, harga minyak dunia masih
rendah hingga hari ini. itu yang membuat kami semakin penasaran kenapa BBM
tetap naik. Pengalihan subsidi ke sektor produktif, mungkin saja. Tetapi
lagi-lagi, Pak, yang justeru semakin produktif adalah SPBU milik asing yang
menumpang membuka lapak di bumi pertiwi ini, semakin makmur saja mereka mengais
rezeki di tanah ini lantaran BBM mereka lebih bagus (katanya) walau sama
(mahalnya) . Bapak pasti sangat memahami betul, bahwa efek kenaikan BBM, secara Massif akan membuat angka kemiskinan menurun,
menurun kepada anak dan cucu. Bapak pasti mengerti, kehidupan yang sederhana
bisa menjadi melarat gegara harga BBM yang tak masuk logika.
Ah iya
Pak, soal blusukan Bapak itu, kami sangat tersanjung sekali. Tetapi, Pak, ada
satu-dua media yang bilang blusukan Bapak hanya pencitraan saja. Ah, kami jadi
ingat blusukan ala Umar bin Khattab Pak. Bapak pasti tahu ketika Umar bin
Khattab blusukan ke rumah janda tua yang sedang merebus batu seolah-olah sedang
memasak makanan enak. Janda tua itu melakukan hal tersebut dengan maksud
membohongi anak-anaknya yg menangis kelaparan. Sambil memasak batu, sang ibu
menenangkan anak-anaknya sambil memaki pemimpin mereka ; Umar yang tak becus
memimpin, Umar yang tak peduli rakyat miskin. Tetapi saat Umar mendengar dan
melihat peristiwa itu, sang kholifah justeru bergegas membawakan gandum untuk
ibu dan anak yang sedang kelaparan itu. Bahkan beliau sendiri yang memanggul
sekarung gandum untuk mereka. Meski dihina, sang Kholifah tetap menolong
rakyatnya. Padahal, belum ada media massa waktu itu. Tidak ada kesempatan untuk
memoles citra diri atau sekadar berpura-pura menjadi pemimpin baik hati. kami
ingin Bapak seperti Umar bin Khattab R.A, tidak berpura-pura apalagi sekadar
memoles citra hanya untuk popularitas semata.
Selanjutnya
soal pemberantasan mafia yang tempo hari dalam kampanye sering bapak
dengung-dengungkan itu. Kami mulai khawatir, saat sang motor penegak hukum di
negeri ini (jaksa agung) berasal dari
Parpol, apalagi Parpol yang sangat berjasa mengantarkan Bapak jadi Presiden.
Kami takut besok lusa independensi penegak hukum tergerus karena konflik kepentingan. Kami
ngeri, netralitas penegakkan hukum mulai terusik lambat laun. Apalagi pak, si
pembunuh aktivis HAM itu, sudah lenggang sekarang. Padahal, dalang eksekutor
Munir masih belum jelas juntrungannya,
masih entahlah. Lalu, apa yang bisa bapak yakinkan kepada kami agar kami masih
percaya dengan pemberantasan dagelan mafia hukum?
Bapak
sudah melihat rupiah yang melemah, bukan? Ah, maksud saya dolar yang semakin
menguat. Iya, itu yang benar. Tetapi rupiah yang melemah atau dollar yang
menguat efeknya tetap sama kan, Pak? gairah ekonomi dalam negeri tetap
tak kunjung membaik. Padahal, Bapak dan Pak Wapres pernah meyakinkan kami semua
untuk melihat dollar di angka 10 ribu, bukan?
Ah,
soal koalisi tanpa syarat yang bapak jadikan trending topic dalam kampanye.
Kami bingung, pak. terus terang sangat bingung. Komposisi menteri Bapak kok
banyak yang terkesan seperti pesanan? Ada menteri yang bahkan masih
tergagap-gagap menjalankan tugasnya. Ada yang suka membuat statement yang membuat
rakyat panas dingin. Statetement pengosongan kolom agama hingga penjualan asset
Negara yang semuanya sukses membuat kami dag-dig-dug. Padahal, kami ingat
betul, Bapak memastikan Menteri Bapak adalah kalangan Professional dan
Professional Parpol. Lantas, apakah dengan menjual gedung sekaliber BUMN apakah
itu merupakan gagasan cerdas?
kemudian yang juga tak kalah pentingnya, Pak. Buruh-buruh di negeri ini sedang gusar menanti kenaikan upah. Karena mereka menyadari betul kenaikan harga BBM yang berujung pada kenaikan harga bahan pokok dan lain-lain membuat upah yang diterima sudah tidak rasional lagi. Memang benar, saat menjadi Gubenur, Bapak sukses menaikan UMP di DKI Jakarta yang membuat buruh sumringah, tetapi saat Bapak menduduki Presiden, seharusnya Bapak bisa membuat buruh tak murung lagi, bukan? gampang, Yang Bapak perlu lakukan hanyalah membuat upah mereka rasional lagi seperti yang pernah Bapak lakukan saat menjadi Gubernur dulu.
Tetapi,
pak. apa pun kebijakan Bapak, kami tak mau terburu-buru berburuk sangka.
Mungkin Bapak sedang melakukan berbagai cara yang tujuannya tetap satu ;
kesejahteraan rakyat. Hanya saja, dalam melakukan trial and error, ada satu-dua
langkah yang keliru. Apa pun yang Bapak lakukan untuk bangsa, sekali pun itu
keliru di mata kami, kami tak akan terburu-buru berteriak, “Turunkan, Turunkan,
Turunkan”. Tetaplah di singgasana Bapak sambil segera berpikir yang terbaik
untuk negeri ini. abaikan rayuan para cukong yang hendak menggerus kekayaan
bangsa, enyahkan rayuan pulau kelapa dari negeri seberang yang ujung-ujungnya
merampok asset Negara. Jika Bapak mengharapkan pihak asing untuk berinvestasi, semoga Bapak menggunakan cara elegant, bukan dengan meyakinkan investor bahwa buruh di Indonesia siap di bayar murah. kami percaya, Bapak adalah sang negosiator ulung, maka jangan mau bernegosiasi dengan antek-antek asing yang hanya menjadikan kita sapi perah saja.
Memang
benar Pak, kalau hari ini 63 juta rakyat Indonesia yang tidak memilih Bapak
masih belum sepenuhnya menerima Bapak menjadi sang Presiden. Tetapi, bersamaan
dengan itu, Bapak punya tugas berat untuk meyakinkan 70 juta rakyat Indonesia
yang memilih Bapak tetap setia mendukung apa pun kebijakan Bapak. Jangan sampai
yang 63 juta tetap tak menerima, dan yang 70 Juta lainnya menjadi berbalik tidak menyukai Bapak.
Sungguh, kami tak pernah mengharapkan itu.
Maka
izinkanlah kami, sesekali atau bahkan berkali-kali mengkritik Bapak hanya pada
saat Bapak keliru menjalankan kebijakan. Kami percaya, Bapak juga seorang
manusia biasa yang ada kalanya butuh sumbangsaran. Saat Bapak membutuhkan itu,
kami pastikan kami ada.
Itulah
sebabnya kami masih meyakini hari ini, masih berada di Right side. Maka,
andainya pun hari ini, atau besok lusa kami mengkritik, sambutlah kritik kami
sebagaimana bapak selalu meladeni rakyat dengan senyum, santun dan humanis. Ah,
siapa yang tidak jatuh cinta kepada Bapak Presiden?
Abdurahman
El-Farizy
(Penulis
Kurang ajar, pemilih jalan Protagonis)
Tangerang. Sabtu, 20 Desember 2014
20:44 PM
0 Response to "Siapa yang tidak jatuh cinta kepada Bapak Presiden?"
Posting Komentar