Untukmu dan Untukku
9/29/2014 11:23:00 PM
Kamu dan secangkir kopi sastra
, Posted in
cinta
,
fiksi
,
Sastra
,
0 Comments
Ini untukmu,
Mei…
Yang pertama
kali kutemukan di sana. Lalu berkenalan, berbicara sebentar, hingga akhirnya
akrab hanya dalam hitungan menit.
Ini untukmu,
Mei…
Yang setelah
itu mengisi hariku lewat momen-momen apa saja yang kita lalui bersama-sama.
Yang tentu saja selalu membuatku merasa senang bukan kepalang saat menjalaninya
bersamamu.
Ini untukmu,
Mei…
Yang
diam-diam membuat hatiku jatuh hingga tak ingin kuambil lagi. Tentu saja karena
senyummu itu, perhatianmu itu, sikap menyenangkanmu itu, semuanya. Ada saja
tindak-tandukmu yang membuatku tidak bisa tidak mencintaimu.
Ini untukmu,
Mei…
Yang selalu
membuatku bahagia karena hal-hal kecil saja. Melihat namamu di layar handphone-ku misalnya, saat kamu
menelepon atau mengirim pesan BBM untuk
memberitahu kabar, untuk mengurai cerita, atau untuk sekadar obrolan biasa
saja. Yang semuanya itu selalu menghadirkan perasaan hangat di dada.
Ini untukmu,
Mei…
Yang membuatku
selalu tersenyum begitu saja saat ingat segala hal tentangmu. Yang membuatku
tak bisa melupakan saat makan siang bersamamu, hanya berdua. Lalu aku menatap
dalam-dalam matamu, dan kamu menatapku dengan tatapan serupa sambil bertanya keheranan “kenapa sih, ngeliatin aku kayak gitu?”. Melalui
mulut aku menjawab, “tidak apa-apa”. Sedangkan hatiku menjawab, “karena aku mencintaimu”.
Ini untukmu,
Mei…
Yang dengan
frekuensi pertemuan sesering ini. Yang dengan kebersamaan semenyenangkan ini. Membuatku sampai pada
tahap ingin memilikimu. Yang sayangnya, belum juga kukatakan hingga detik ini.
Dan yang ini
untuk aku…
Yang
ternyata setelah menjatuhkan hati kepadamu, namun belum juga kamu tangkap.
Hingga kebersamaan ini tak bisa menghadirkan perasaan yang sama di hatimu.
Ini untuk
aku…
Yang setelah
menyadari bahwa kamu memang bukan untukku. Kini sedang berjuang mati-matian melupakanmu, namun belum bisa. Yang sudah melakukan segala cara dengan menyibukkan diri dengan
apa saja agar segala kenangan tentangmu menghilang dari kepala, namun masih juga
gagal.
Ini untuk
aku…
Yang kini
mulai menyesali karena telah memiliki memori bersamamu. Jika akhirnya kita
tidak ditakdirkan untuk bersama, inginku, harusnya dari dulu saja kita tidak
pernah bertegur sapa. Dari dulu saja kita tidak pernah bertemu. Dari dulu saja
kita tidak memulai percakapan-percakapan yang akhirnya membuat kita semakin dekat
namun tidak sampai kepada kebersamaan yang abadi.
Ini untuk
aku…
Yang semakin
mengerti bahwa mencintaimu adalah sebuah kebodohan. Karena saat Aku
menjatuhkan hati kepadamu, kamu malah menjatuhkan hati kepada pria lain. Yang
membuatku harus mengajari diriku sendiri dengan kalimat, “Jika memang harus jatuh
cinta, pastikan kamu jatuh di tempat yang seharusnya”.
Yang
terakhir, ini untuk kita…
Alasan
terlogis mengapa kita tidak bisa menua bersama adalah, aku mencintaimu luar
biasa. Sedangkan kamu menganggap hadirku hanya sekadar saja.
-Abdurahman
El-Farizy-
Poris,
Batuceper, Kota Tangerang
Senin, 29
September 2014
22:47 WIB
0 Response to "Untukmu dan Untukku"
Posting Komentar